Tuesday, August 2, 2011

Catatan Ramadhan 1


Mengawali ramadhan kali ini, sehabis sahur pertama, seperti kebiasaan, aku meng-sms teman-temanku untuk sekedar mengucapkan selamat berpuasa dan meminta maaf atas segala khilaf yang pernah aku perbuat kepada mereka. Karena dikisahkan, malaikat Jibril berdo’a, “Ya Alloh, tolong abaikan puasa ummat Muhammad, jika sebelum memasuki bulan ramadhan, dirinya belum: memohon maaf kepada orangtuanya, bermaafan antara suami-isteri, dan bermaafan dengan orang-orang di sekitarnya/ teman, saudara, juga kerabatnya.” Terhadap do’a itu rosululloh SAW mengamininya sebanyak tiga kali.

Beberapa teman menjawab sms itu, dengan juga meminta maaf dan berdoa mudah-mudahan ramadhan kali ini menjadi bulan yang penuh berkah; beberapa teman yang lain mengabaikan. Salah satu teman yang me-reply sms-ku adalah teman satu kos-kosan ketika kami kuliah di Australia dulu. Jawabanya begini, “Salam dari Jepang. Saya juga meminta maaf. Salam untuk keluarga”. Temanku itu tampaknya sekarang sedang berada di negeri sakura untuk mengikuti program bagi young researcher. Dia Ph.D di bidang klimatologi dan sekarang mengajar di IPB.

Ketika kusampaikan salam temanku itu kepada isteri dan anak-anakku, dan kuceritakan kalau sekarang dia berada di Jepang, anak bungsuku, seperti tanpa berfikir saja, berkomentar, “Ayah ngiri ya?”. Degg... aku kaget dengan reaksinya. Walaupun dalam hati aku ingin bilang iya, tapi yang keluar dari bibirku adalah, “tidak...tidak..., aku hanya ingin kamu nanti harus bisa seperti dia...melanglang buana mencari ilmu, sampai di negeri orang.”

Iri? Apakah aku iri dengan keberhasilan temanku ini? Satu lagi pelajaran yang aku peroleh dari anakku, bahwa kita harus pandai mensyukuri apa yang Alloh telah berikan kepada kita. Kita sering tidak menyadari bahwa Alloh telah memberi sangat banyak kepada kita. Kita masih mengharap-harapkan sesuatu yang bukan menjadi hak kita. Neighbour’s grass is greener than ours. Pelajaran pertama yang aku peroleh di ramadhan kali ini, pagi-pagi sekali sehabis sahur, adalah aku diingatkan oleh anakku yang masih kelas 4 MI untuk lebih banyak bersyukur atas apa yang telah dianugerahkan Alloh kepadaku. Lain syakartum laaziidannakum walain kafartum inna ‘adzaabi lasyadiid. Semoga ramadhan kali ini lebih menempa aku untuk bisa menjadi orang yang pandai bersyukur, sehingga makin lapang dadaku, dan makin tenteram hidupku. Amiin.

No comments:

Mendidik Anak Bangsa di Luar Negeri

Terhitung sejak tahun lalu, saya mendapatkan amanah untuk menjadi kepala sekolah di Sekolah Indonesia Riyadh (SIR), sekolah kedutaan di ...