Tuesday, October 22, 2013



                                                      Brostel
Pagi 15 September, aku putuskan untuk check out dari hotel lebih awal. Sudah dua hari meninggalkan sekolah untuk mengikuti diklat kepala sekolah. Aku merasa, ketidakhadiranku di sekolah yang terlalu lama akan berakibat kurang baik. Banyak pekerjaan terbengkalai, suasana sekolah menjadi tidak kondusif untuk belajar, dan sebagainya, dan sebagainya. Pokoknya, aku merasa kehadiranku di sekolah selaku kepala sekolah sangatlah penting! Jadi, aku harus pulang pagi-pagi, hingga nanti masih sempat ke sekolah.
Kutancap gas Hyundaiku, melaju mengikuti alur jalanan Batu- Jombang yang berkelok dan sesekali menanjak dan menurun. Dalam perjalanan, aku mengobrol dengan 3 teman kepala sekolah yang semobil denganku tentang bagaimana mengelola sekolah sambil sesekali ngrasani perilaku teman-teman guru di sekolah. Kesimpulan umumnya: peran kepala sekolah sangatlah vital terhadap kemajuan sekolah. Oleh sebab itu: keputusan untuk cabut dari hotel pagi-pagi benar-benar tepat, karena sekolah betul-betul membutuhkan kehadiran kepala sekolah.
Setelah setengah jam perjalanan, Pujon telah terlampaui. Ajakan salah satu teman untuk berhenti dulu sebentar untuk sekedar minum susu segar di koperasi susu “Sae” di Pujon aku tolak. Kita harus cepat nyampai Jombang, sehingga bisa langsung ke sekolah. Aku merasa kehadiranku di sekolah sangatlah penting.
Kami terus melaju. Dewi Sri sudah mulai ramai dengan pedagang sayur dan buahnya. Seperempat jam turun dari Dewi Sri, aku merasa ada yang tidak beres dengan mobilku. Ia seperti kehabisan tenaga. Tak mau lagi kuajak berpacu dengan waktu yang berjalan cepat dengan harapan segera sampai di Jombang. Dan akhirnya, Hyundaiku benar-benar menyerah. Ia mogok di tengah jalan, empat kilometer sebelum Selorejo.
Mobil aku tepikan. Kucoba untuk men-startnya lagi, namun gagal. Kucoba berulang-ulang namun hasilnya tetap nihil. Akhirnya, aku menyerah. Namun, Alloh tampaknya sangat sayang kepadaku. Tanpa aku minta, ada seorang ibu setengah baya yang menawarkan memanggilkan tukang servis. Tentu saja aku menerimanya dengan senang hati. Bahkan, ketika menunggu tukang servis datang,  si Ibu itu meminta kami untuk beristirahat di rumahnya, lengkap dengan suguhan teh hangat dan kue-kuenya. Hari itu aku benar-benar merasa sangat disayang oleh Alloh.
Satu jam kemudian tukang servis datang. Aku ceritakan semua kondisi awalnya. Lampu indikator batere yang tetap menyala ketika mesin sudah menyala. Aku tidak paham gejala apa itu, karena pemahamnku tentang otomotif sangat rendah. Setelah mendengar penjelasanku, pak tukang servis berkesimpulan kalau dinamo ampere mobilku bermasalah. Maka, digantilah aki mobilku dengan aki milik pak tukang servis. Ketika mobil sudah menyala, langsung kami melaju ke servis dinamo ampere di sekita Selorejo.
Setelah dinamo ampere dibongkar ternyata brostelnya sudah aus dan harus diganti. Brostel ini ukurannya kecil dan harganya cukup murah. Setelah dikerjakan selama 45 menit, mobilku bisa distart kembali dan kondisinya normal. Segera aku bayar ongkos servisnya. Ternyata hanya 60.000 ruapiah termasuk penggantian alatnya. Aku kaget, kok cuma segitu!!!
Aku sudah tak sabar lagi untuk bisa cepat sampai di sekolah. Bukan karena kehadiranku di sekolah selaku kepala sekolah sangatlah penting, tapi aku ingin bilang kepada semua teman di sekolah bahwa mereka semua penting. Guru-guru penting. Staf dan karyawan penting. Pak bon penting. Satpam penting. Semua warga sekolah penting. Sama pentingnya dengan kepala sekolah. Seperti sebuah brostel, walau harganya murah dan wujudnya kecil, dia dapat membuat mobilku ngadat tidak bisa jalan.
Alloh hari itu, telah mengajariku untuk tidak sombong dan merasa sok penting lewat sebuah brostel!!!


Mendidik Anak Bangsa di Luar Negeri

Terhitung sejak tahun lalu, saya mendapatkan amanah untuk menjadi kepala sekolah di Sekolah Indonesia Riyadh (SIR), sekolah kedutaan di ...