Brostel
Pagi
15 September, aku putuskan untuk check
out dari hotel lebih awal. Sudah dua hari meninggalkan sekolah untuk
mengikuti diklat kepala sekolah. Aku merasa, ketidakhadiranku di sekolah yang
terlalu lama akan berakibat kurang baik. Banyak pekerjaan terbengkalai, suasana
sekolah menjadi tidak kondusif untuk belajar, dan sebagainya, dan sebagainya.
Pokoknya, aku merasa kehadiranku di sekolah selaku kepala sekolah sangatlah
penting! Jadi, aku harus pulang pagi-pagi, hingga nanti masih sempat ke
sekolah.
Kutancap
gas Hyundaiku, melaju mengikuti alur jalanan Batu- Jombang yang berkelok dan
sesekali menanjak dan menurun. Dalam perjalanan, aku mengobrol dengan 3 teman
kepala sekolah yang semobil denganku tentang bagaimana mengelola sekolah sambil
sesekali ngrasani perilaku
teman-teman guru di sekolah. Kesimpulan umumnya: peran kepala sekolah sangatlah
vital terhadap kemajuan sekolah. Oleh sebab itu: keputusan untuk cabut dari hotel pagi-pagi benar-benar
tepat, karena sekolah betul-betul membutuhkan kehadiran kepala sekolah.
Setelah
setengah jam perjalanan, Pujon telah terlampaui. Ajakan salah satu teman untuk
berhenti dulu sebentar untuk sekedar minum susu segar di koperasi susu “Sae” di
Pujon aku tolak. Kita harus cepat nyampai
Jombang, sehingga bisa langsung ke sekolah. Aku merasa kehadiranku di sekolah
sangatlah penting.
Kami
terus melaju. Dewi Sri sudah mulai ramai dengan pedagang sayur dan buahnya.
Seperempat jam turun dari Dewi Sri, aku merasa ada yang tidak beres dengan
mobilku. Ia seperti kehabisan tenaga. Tak mau lagi kuajak berpacu dengan waktu
yang berjalan cepat dengan harapan segera sampai di Jombang. Dan akhirnya,
Hyundaiku benar-benar menyerah. Ia mogok di tengah jalan, empat kilometer
sebelum Selorejo.
Mobil
aku tepikan. Kucoba untuk men-startnya lagi, namun gagal. Kucoba berulang-ulang
namun hasilnya tetap nihil. Akhirnya, aku menyerah. Namun, Alloh tampaknya
sangat sayang kepadaku. Tanpa aku minta, ada seorang ibu setengah baya yang
menawarkan memanggilkan tukang servis. Tentu saja aku menerimanya dengan senang
hati. Bahkan, ketika menunggu tukang servis datang, si Ibu itu meminta kami untuk beristirahat di
rumahnya, lengkap dengan suguhan teh hangat dan kue-kuenya. Hari itu aku
benar-benar merasa sangat disayang oleh Alloh.
Satu
jam kemudian tukang servis datang. Aku ceritakan semua kondisi awalnya. Lampu
indikator batere yang tetap menyala ketika mesin sudah menyala. Aku tidak paham
gejala apa itu, karena pemahamnku tentang otomotif sangat rendah. Setelah
mendengar penjelasanku, pak tukang servis berkesimpulan kalau dinamo ampere
mobilku bermasalah. Maka, digantilah aki mobilku dengan aki milik pak tukang
servis. Ketika mobil sudah menyala, langsung kami melaju ke servis dinamo
ampere di sekita Selorejo.
Setelah
dinamo ampere dibongkar ternyata brostelnya sudah aus dan harus diganti.
Brostel ini ukurannya kecil dan harganya cukup murah. Setelah dikerjakan selama
45 menit, mobilku bisa distart kembali dan kondisinya normal. Segera aku bayar
ongkos servisnya. Ternyata hanya 60.000 ruapiah termasuk penggantian alatnya.
Aku kaget, kok cuma segitu!!!
Aku
sudah tak sabar lagi untuk bisa cepat sampai di sekolah. Bukan karena
kehadiranku di sekolah selaku kepala sekolah sangatlah penting, tapi aku ingin
bilang kepada semua teman di sekolah bahwa mereka semua penting. Guru-guru
penting. Staf dan karyawan penting. Pak bon penting. Satpam penting. Semua
warga sekolah penting. Sama pentingnya dengan kepala sekolah. Seperti sebuah
brostel, walau harganya murah dan wujudnya kecil, dia dapat membuat mobilku
ngadat tidak bisa jalan.
Alloh
hari itu, telah mengajariku untuk tidak sombong dan merasa sok penting lewat
sebuah brostel!!!
1 comment:
Cerita pendek yg maknanya dalam
Post a Comment